Apa itu Training Need Analysis (TNA)?
Menurut Locke (2009), TNA adalah fase yang paling penting dari desain pelatihan
karena kesuksesannya tergantung pada kolaborasi intensif antara pemangku kepentingan utama.
Tujuannya adalah memperjelas tujuan
pelatihan, menerangkan konteks organisasi, menentukan kinerja yang efektif dan
penggeraknya, dan mulai menumbuhkan iklim belajar (Locke, 2009).
TNA
Kegiatan penting yang harus dilakukan selama analisis
(Locke, 2009), yaitu:
Due
Diligence Training
Proses untuk memperjelas dan mengukur benefit yang diharapkan dari pelatihan bagi individu, tim, dan unit
tingkat yang lebih tinggi (divisi, organisasi, masyarakat). Tujuan dari proses ini adalah untuk
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk merundingkan
secara objektif mengenai kapankah solusi tertentu harus dilembagakan. Percakapan harus mencakup kinerja, produktivitas,
dan terkait faktor seperti
kepuasan karyawan, kohesi tim, modal sosial, dan organisasi reputasi.
Fungsi
Kinerja dan Proses
Fungsi ini menjelaskan,
menggabungkan, dan membuat konteks mengenai tugas dan proses kerja sama tim yang sangat
penting untuk kinerja secara keseluruhan. Pemikiran/analisa para ahli dapat
membantu pengelihatan dan pengambilan keputusan mengenai bagaimana isi dari
pelatihan harus dikembangkan, disampaikan, dan dievaluasi.
Kondisi
Afektif dan Kognitif
Karyawan yang melakukan proses
kinerja seperti penilaian status secara dinemis memanfaatkan keadaan kognitif
(mental, situasi kesadaran) dan afektif (manfaat inisiasi, motivasi). Desainer
pelatihan harus menciptakan solusi pelatihan yang menjelaskan bingkai
keadaan-keadaan kognitif dan afektis serta menentukan mengapa dan bagaimana
kinerja yang efektif.
Model
Atribut
Model atribut adalah penentu dari kinerja seperti knowledge, skill, dan attitude (KSA). Desainer pelatihan harus menjelaskan pada KSA yang harus ditargetkan untuk pembangunan oleh solusi
pelatihan, contoh nya deklaratif (yaitu apa), prosedural (yaitu
bagaimana), dan strategis (yaitu mengapa) pengetahuan yang diperlukan untuk
melaksanakan proses kinerja yang efektif. Menurut Kozlowski, Gully, Brown, Salas,
Smith, dan Nason, pengetahuan
strategis sangat penting karena memungkinkan peserta untuk memahami mengapa dan kapan untuk
menerapkan pengetahuan deklaratif (dalam Locke, 2009).
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar yang baik adalah jelas, ringkas, dan terukur. Informasi
yang dikumpulkan dari langkah-langkah sebelumnya dari proses analisis kebutuhan
harus diterjemahkan menjadi tujuan pelatihan, tujuan pembelajaran, dan juga
tujuan yang memungkinkan.
Mengembangkan Konten Pelatihan
3 hal yang ada dalam perancangan pengembangan konten
pelatihan (Locke, 2009), yaitu:
Merancang
Arsitektur Pembelajaran
Mengembangkan sistem manajemen skenario cerdas yang memungkinkan instruktur
dan pengguna untuk penulis konten. Arsitektur pembelajaran terdiri dari beberapa subsistem terintegrasi yang
secara kolektif menyediakan kemampuan untuk merencanakan, memilih, menulis, mengurutkan, mendorong, dan mengevaluasi.
Menciptakan
Pengalaman Pembelajaran
Titik terpenting karena desainer
instruksional dapat bersandar dan belajar dari peserta pelatihan saat ini atau
masa lalu untuk membantu menerangi beberapa jalur bercabang peserta ketika
mengejar pencapaian tujuan pembelajaran
Mengembangkan
Alat Penilaian
Digunakan unutk menilai apakah
pelatihan dapat berjalan dengan baik atau buruk. Menurut Nunnally dan Bernstein, bimbingan yang paling mudah adalah dengan mengembangkan langkah-langkah standar dari kesatuan konstruksi; menilai beberapa hasil
belajar dan proses kinerja; dan triangulasi pengukuran
hasil melalui beberapa metode penilaian (dalam Locke, 2009).
Melaksanakan Pelatihan
Menetapkan
Panggung Untuk Belajar
1.
Memastikan pelatih siap untuk memfasilitasi
pemberian instruksi, mengenali dan menilai pembelajaran, dan memperkuat kinerja
yang efektif
2.
Mempersiapkan peserta pelatihan untuk perolehan
KSA
3.
Menyatakan standar pembelajaran dan kinerja
sehingga peserta memiliki tolak ukur yang tepat terhadap pengukuran
pengembangan peserta
Memberikan Solusi Blended Learning
Terdapat 3 mekanisme untuk
memberikan konten yaitu penyajian informasi, pemodelan, dan praktek. Informasi
dapat disajikan melalui penggunaan kuliah, tugas membaca, studi kasus, dan
diskusi terbuka.
Transfer
Pendukung dan Pemeliharaan
Meminta para peserta untuk
menjelaskan ulang apa yang sudah mereka lakukan selama mengikuti proses
pelatihan. Pelatihan sering
disimpulkan ketika praktik dan penilaian yang lengkap. Hal ini sangat
disayangkan karena pasca - tahap praktek menyediakan peluang untuk meningkatkan
perpindahan dan pemeliharaan belajar.
Evaluasi
Guna evaluasi adalah untuk melihat apakah
program pelatihan yang telah dilaksanakan berjalan dengan efektif atau tidak. Menurut
Robbins dan Judge (2013) tujuan dari evaluasi adalah untuk mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Dari hasil evaluasi kita dapat mengetahui
keterampilan dan kompetensi tenaga kerja yang nantinya bisa dijadikan bahan
untuk perbaikan program pelatihan dan pengembangan di masa selanjutnya.
Selain itu, juga memberikan umpan
balik kepada tenaga kerja agar mereka mengetahui bagaimana organisasi memandang
kinerja mereka selama ini dan dasar untuk alokasi reward. Sangat penting bahwa organisasi menilai efektivitas
pelatihan dan menggunakan informasi yang dikumpulkan sebagai sarana untuk
meningkatkan desain pelatihan.
Referensi:
Locke,
E. A. (2009). Handbook of Principles
Organizational Behavior: indispensable knowledge for evidence-based management
(2th ed.). UK: John Wiley & Sons
Robbins,
S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational
Behavior (15th ed.). The United of America: Pearson Education
Tidak ada komentar:
Posting Komentar