Sering kali kita mendengar kata ‘Training’
atau pelatihan pada konteks dunia pendidikan maupun dunia kerja. Kata tersebut
sudah tidak lagi asing bagi orang pada umumnya. Apa arti makna pelatihan yang
benar?
Menurut definisi Noe (2002), Pelatihan adalah suatu kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan atau institusi untuk memfasilitasi proses belajar karyawan untuk mencapai kompetensi dalam pekerjaannya. Kompetensi ini meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dianggap penting untuk mencapai kinerja yang tinggi. Tujuan pelatihan adalah agar karyawan dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dilatihkan dalam program pelatihan, sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan mereka sehari-hari (dalam Yuswono dkk., 2005).
Pendidikan Adalah
aktivitas yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
nilai-nilai moral dan pemahaman yang dibutuhkan dalam seluruh aspek kehidupan.
Tujuannya adalah untuk memberikan kondisi yang penting bagi peserta didik untuk
mengembangkan suatu pengertian tentang tradisi, nilai-nilai moral dan budaya,
pengetahuan, ide-ide yang mempengaruhi masyarakat da;am kehidupan bersama (dalam
Yuswono dkk., 2005).
Jadi menurut Milano & Ullius (1998) perbedaan pelatihan dengan pendidikan adalah pelatihan fokus pada “belajar bagaimana” (Learning how) dan pendidikan fokus pada “belajar tentang” (Learning about) (dalam Yuswono dkk., 2005). Berikut adalah bagan yg lebih rinci dari perbedaan pelatihan dan pendidikan (Beebe, Mottet, & Roach, 2004):
Pelatihan (Training)
|
Pendidikan (Education)
|
Pelatihan adalah proses dari mengembangkan
keterampilan untuk pekerjaan tertentu atau tugas
|
Pendidikan
adalah proses meyampaikan pengetahuan atau informasi
|
Menekankan untuk melakukan sesuatu
|
Menekankan untuk tahu.
Pencapaian sering dibandingkan dengan pengetahuan orang lain
|
Menekankan untuk mencapai tingkat tertentu dari
pencapaian keterampilan
|
Menekankan
perpektif sistem terbuka: banyak cara untuk mencapai tujuan dengan menjadi
kreatif dan berfikir kritis
|
Menekankan perspektif sistem tertutup: ada hal
yang spesifik antara cara yang benar dan salah dalam melakukan keterampilan
|
Menekankan bahwa informasi
tidka selalu terkait dengan pekerjaan spesifik atau karir
|
Menekankan hak khusus dan tingkat kinerja untuk
melakukan spesifik pekerjaan
|
Lebih terbuka
|
Menekankan daftar konpeherensif keterampilan yang
dibutuhkan untuk melakukan perilaku spesifik
|
Beebe, Mottet, &
Roach (dalam Yuswono dkk., 2005)
Sedangkan Pengembangan
adalah pertumbuhan atau realisasi dari kemampuan seseorang melalui proses
belajar yang disadari atau tidak disadari. Menurut Amstrong (1992),
pengembangan biasanya meliputi pelajaran yang direncanakan, pengalaman, dan
sering difasilitasi oleh coaching dan
konseling (dalam Yuswono dkk., 2005). Berikut adalah bagan yang lebih rinci
dari perbedaan pelatihan dan pengembangan:
Training
|
Development
|
|
Focus
|
Saat ini
|
Masa depan
|
Use of work experience
|
Rendah
|
Tinggi
|
Goal
|
Mempersiapkan untuk pekerjaan saat ini
|
Persiapan untuk perubahan
|
Participant
|
Diperlukan
|
Sukarela
|
Noe (dalam Yuswono
dkk., 2005)
PELATIHAN
Perubahan
Pelatihan Dari Waktu Ke Waktu (dalam Yuswono dkk., 2005):
1.
Fokus pada keterampilan dan pengetahuan à Secara Tradisional,
pelatihan dipandang sebagai cara untuk mengajarkan karyawan tentang
keterampilan dan perilaku spesifik.
2.
Mengaitkan pelatihan dan kebutuhan bisnis à Kondisi lingkungan
eksternal juga sulit diprediksi membuat persoalan yang timbul menjadi sulit
untuk diramalkan
3.
Penggunaan pelatihan untuk menciptakan dan
berbagai pengetahuan à
Untuk mencapai keunggulan yang kompetitif, perlu dikembangkannya intellectual capital, yaitu: pengetahuan
kognitif (know what), keterampilan
yang lebih maju (know how), sistem
pemahaman dan kreatifitas (know why)
Filosofi
Pelatihan (dalam Yuswono dkk., 2005):
-
Pendekatan strategis dalam pelatihan
-
Terintegrasi
-
Relevan
-
Berdasarkan masalah
-
Berorientasi pada tindakan
-
Terkait dengan kinerja
-
Berkesinambungan
(The Institute of Personnel Management, 1987) Kondisi-kondisi Agar Pelatihan Bermanfaat (dalam
Yuswono dkk., 2005):
1.
Organisasi harus memiliki beberapa bentuk
rencana bisnis yang strategis à
karyawan yang memiliki keterampilan dan pengetahuan
2.
Manajer siap mendefinisikan kebutuhan à lalu organisasi dapat
menerapkan proses pengembangan yang berkesinambungan
3.
Pembelajaran dan pekerjaan harus terintegrasi à dukungan ada untuk
karyawan yang ingin belajar dari masalah yang ada
4.
Pimpinan dan anggota lain dari kelompok
manajemen memiliki dorongan untuk pengembangan yang berkesinambungan
5.
Invertasi dalam proses pengembangan yang
berkesinambungan dilakukan oleh manajemen puncak.
(Amstrong, 1992) Keuntungan
Dalam Pelatihan (dalam Yuswono dkk., 2005):
1.
Meminimalkan biaya proses belajar
2.
Meningkatkan kinerja kelompok, individual &
perusahaan dalam keluaran, kualitas, kecepatan & produktivitas
3.
Meningkatkan fleksibilitas operasional
keterampilan karyawan (multiskilling)
4.
Menghasilkan staf yang berkualitas tinggi dengan
meningkatkan kompetensi dan keterampilan untuk mencapai kepuasan kerja dan
berkembang bersama organisasi
5.
Mengidentifikasikan visi misi organisasi kepada
staf untuk mendorong komitmen
6.
Mengembangkan budaya peningkatan kerja
7.
Memberikan pelayanan lebih baik kepada pelanggan
Langkah 1: Menganalisa kebutuhan pelatihan
-
Analisa terhadap Organisasi (organization analysis)
-
Analisa terhadap Karyawan (person analysis)
-
Analisa terhadap Tugas (task analysis)
Langkah 2: Menentukan tujuan pelatihan
-
Observable
(dapat diamati)
-
Measurable
(dapat diukur)
-
Attainable
(dapat dicapai)
-
Spesific (spesifik)
Langkah 3: Memastikan kesiapan karyawan dalam
mengikuti pelatihan
-
Karakteristik Pribadi kemampuan, sikap,
kepercayaan, dan motivasi
-
Karakteristik Lingkungan Kerja Hambatan situasional
(kurangnya peralatan, materi, biaya, dan waktu) dan dukungan sosial (willingness, reinforcement)
Langkah 4: Menciptakan suatu lingkungan belajar
-
Teori Penguat (reinforcement theory)
orang akan termotivasi melakukan atau menhindari suatu Perilaku karena atas
hasil/akibat perilaku masa lalu
-
Teori Belajar Sosial (social learing theory)
seseornag belajar melalui proses pengamatan/observasi terhadap perilaku orang
lain (model) yang mereka anggap terbukti mampu
-
Teori Kognitif (cognitive theory) cara individu belajar untuk mengenali dan mendefinisikan masalah serta
bereksperimen untuk menemukan solusinya
-
Teori Belajar orang dewasa (adult learning theory)
bagaimana orang dewasa belajar
-
Transfer
of Training generalisasi
(kemampuan peserta dalam menempatkan kapabilitas) dan pemeliharaan (menggunakan
kapabilitas tersebut dari waktu ke waktu)
Langkah 5: Mengorganisasikan materi pelatihan
-
Sumber Internal
materi berisi pengalaman, ide, dan pengetahuan yang telah diketahui
-
Sumber Eksternal
materi berisi hasil penelitian, pengetahuan, dan pengalaman yang belum dimiliki
Langkah 6: Memilih metode pelatihan
-
Metode Presentasi
peserta lebih berperan sebagai penerima informasi yang pasif, metode ini
terdiri dari ceramah atau teknik audiovisual (slide show, video)
-
Metode Hands-on peserta terlibat
secara aktif dalam pelatihan, seperti simulasi, studi kasus, games, role-play, dll.
-
Metode Group
Building untuk meningkatkan efektifitas tim atau kelompok.
Langkah 7: Mengevaluasi program pelatihan
-
Evaluasi Formatif
memberi informasi tentang bagaimana membuat program yang lebih baik
-
Evaluasi Sumatif mengukur sejauh mana perubahan peserta sebagai hasil dari partisipan dalam
program pelatihan.
Refrensi:
Yuswono, Ina dkk. 2005. Psikologi
Industri dan Organisasi. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar