Jumat, 17 Maret 2017

Dinamika kelompok dan Tim Building

Apa itu dinamika kelompok?
Menurut definisi, (Johnson and Johnson, 1991) dinamika kelompok adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku kelompok untuk kemajuan pengetahuan tentang sifat kelompok, perkembangan kelompok, interaksi diantara kelompok dan individu, antara kelompok dengan kelompok lain (dalam Siti Andarwati, Budi Guntoro. F, Trisakti Haryadi dan Endang Sulastari, 2012).

INTERAKSI ANTAR ANGGOTA KELOMPOK
Proses Kelompok
Organisasi industri terdiri dari sejumlah kelompok kerja yang saling berkaitan dalam suatu tata tingkat tertentu. Setiap kelompok kerja terdiri dari sejumlah tenaga kerja yang saling mempengaruhi dan saling tergantung. Dalam psikologi industri kita jumpai pula kelompok kerja dengan derajat intensitas interaksi antar anggota kelompok yang berbeda-beda (dalam Munandar, 2011). Fiedler (1967) memberikan tipologi dari kelompok-kelompok kerja yang didasarkan pada sifat dan intensitas interaksi, yaitu:

a.       Kelompok INTERAKSI
Para anggota saling tergantung dan aksi atau tindakan mereka perlu dikerjakan dan disusun bersama untuk dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan baik.
b.      Kelompok KOAKTIF
Anggota kelompok ini bekerja sama dalam melaksanakan tugas kelompok, tapi masing-masing dapat melaksanakan pekerjaannya relative mandiri tidak saling tergantung.
c.       Kelompok KONTERAKTIF
Para anggota kelompok bekerja sama untuk tujuan perundingan dan memufakatkan sasaran dan tuntutan yang bertentangan. Unjuk kerjanya (performance) diukur berdasarkan derajat penerimaaan dari jawaban atau penyelesaian oleh para anggota kelompok.


Proses Manajemen (Leavitt, 1998)
Tahap 1: Pathfinding
Pathfinding atau pemanduan bersibuk diri dengan penemu kenalan dari tujuan, dengan pencipta masalah-masalah yang menarik.
Tahap 2: Pemecahan masalah
Jika dibandingkan dengan proses pemecahan masalah yang diajarkan di sekolah akan dapat terlihat beberapa perbedaan dengan di dalam pekerjaan (Leavitt, 1998), yaitu dalam pekerjaan masalah harus ditemukan dan dipecahkan sendiri, informasi terbatas untuk pemecahan masalah, dan jawaban sering tidak memberikan kepuasan.
Tahap 3: Tahap Implementasi
Tahap ini cukup mencakup kegiatan membentuk, menyusun, menjual, dan membuat sesuatu terjadi.
Ketiga tahap ini berkaitan dengan tiga fungsi kelompok (dalam Munandar, 2011), gejala-gelaja tersebut adalah:

a.       KONFORMISME
Anggota yang tanpa sadar mengikuti pola-pola tertentu yang berlaku umum dikeseluruhan organisasi kerjanya dan pola perilaku yang lebih khas berlaku dalam kelompok kerjanya, yang tumbuh karena interaksi selama jangka waktu yang panjang.
b.      KELEKATAN (COHESIVENESS)
Tinggi rendahnya kesepakatan para anggota terhadap sasaran kelompok, serta derajat dapatnya saling menerima anggota lainnya menunjukan derajat kelekatan (cohesiveness) kelompok.
c.       SINERGI
Sinergi adalah proses pengambilan keputusan dalam kelompok timbul gejala bahwa keputusan yang diambil kelompok merupakan keputusan yang lebih baik dari keputusan yang diambil oleh setiap anggota kelompok tersendiri. Banyak kelompok menunjukan kelompok mencapai prestasi lebih baik dari anggota yang punya prestasi paling baik (Fincham & Rhodes, 1988)
d.      GRUPTHINK
Satu gejala yang merupakan kelemahan dari kelompok yang terlalu lekat ialah bahwa kecakapan pengambilan keputusan mereka dapat secara mendadak berkurang (Janis, 1972). Janis & Mann (1977), menjabarkan gejala berpikir kelompok sebagai berikut:
1.       Kelompok memiliki ilusi mereka yang kebal
2.       Kelompok menentang dan terlibat dalam rasionalisasi kolektif untuk memotong informasi yang berbeda
3.       Kelompok percaya dengan moralitas inheren (yang ingin dilakukan)
4.       Kelompok mengembangkan stereotip kelompok lain dan para penentang untuk melindungi dari analisa cermat
5.       Kelompok menekan penentang agar mereka diam
6.       Anggota mulai menyensor pemikiran sendiri tentang keraguan mereka mengenai kearifan tindakan yang diusulkan
7.       Kelompok percaya bahwa kesepakatannya tidak ada penentang dan meyakini “diam berarti menyetujui”
8.       Beberapa anggota berfungsi sebagai “ penjaga pikiran “ (mindguards), melindungi pemimpin dari pendapat menyimpang / menjerakan penentang mengungkapkan ketidaksetujuan
e.      POLARISASI GRUP (GROUP POLARIZATION)
Gejala lainnya adalah penggeseran keputusan yang menuju ke kedua ekstrem, keputusan yang sangat tinggi resikonya atau ke keputusan yang sangat rendah derajat resikonya.

Interaksi Antar Kelompok
Sistem terdiri dari berbagai subsistem dan berinteraksi secara sambung-menyambung dengan system lain dalam suatu supersistem. Subsistem berinteraksi secara sambung-menyambung dengan subsistem lainnya dalam satu sistem. Robbins (1998) mengatakan bahwa Konflik adalah satu proses yang dimulai jika satu pihak beranggapan bahwa pihak lain telah secara negatif mempengaruhi atau akan mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang akan dilakukan atau menjadi perhatian pihak pertama (dalam Munandar, 2011).

Dampak yang terjadi jika terdapat 2 kelompok yang bersaing adalah:
a.       Yang terjadi didalam setiap kelompok yang bersaing, yaitu lebih menutup diri, membangkitkan loyalitas, anggota makin akrab / melupakan pertentangan  antar mereka
b.      Yang terjadi antara kelompok bersaing, yaitu adanya gangguan persepsi sehingga melihat kelompok sendiri lebih baik dari kelompok yang lain
c.       Yang terjadi dengan yang menang, yaitu pemenang akan merasa puas dan mempersepsikan baik akan kelompoknya sendiri
d.      Yang terjadi dengan yang kalah, yaitu menolak kekalahan dan meyalahkan yang mengambil keputusan

Dimensi Dari Intensi Menyelesaikan Konflik
·         Intensi menyelesaikan konflik menurut Robbins (1998):
1.       Competing (Bersaing)
2.       Collaborating (Bekerja sama)
3.       Compromising (Berkompromi)
4.       Avoiding (Menghindar)
5.       Accomodating (Menyesuaikan)
·         Teknik penyelesaian konflik win-win (Robbins, 1998):
1.       Problem solving sengketa pekerjaan dengan manajemen
2.       Teknik pengadaan sumber yang lebih banyak mengalokasi kan anggaran yang tidak penting karena sumber yang terbatas
3.       Teknik pelunakan dengan mengurangi perbedaan untuk kepentingan bersama
4.       Teknik pemerintah otoritatif manajemen mengomunikasikan keinginan kepada pihak yang bersengketa
5.       Teknik mengubah variable manusia mengubah perilaku-perilaku yang menimbulkan konflik
6.       Teknik mengubah variable struktusal merancang ulang pekerjaan


Membangun Tim yang Efektif
Aturan-aturan yang ada dalam membangun tim yang efektif
1.       - Anggota yang baik mengerti bahwa partisipasi itu penting dan bermanfaat bagi pribadi
2.       - Anggota bertanggung jawab dengan keputusan-keputusannya
3.       - Anggota harus memiliki pengetahuan dan informasi yang relevan untuk semua keputusan
4.       - Anggota sebaiknya memiliki kekuasaan untuk bertanggung jawab atas departemennya masing-masing
5.       - Keputusan kelompok sebaiknya diintegrasikan dengan keputusan kelompok-kelompok kecil
6.       - Anggota dalam pengambilan keputusan sebaiknya didasarkan atas keahlian
7.       - Semua pertentangan diselesaikan dengan pemecahan masalah yang baik
8.       - Anggota sebaiknya memiliki hubungan pribadi yang baik satu sama lain

 


Referensi:
 Munandar, Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI Press

Andarwati, S., Guntoro, B. F., Haryadi, T., & Sulastari, E. (2012). Dinamika kelompok Peternak Sapi Potong Binaan Universitas Gajah Mada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan, 10(1). 39-46.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar