Apa itu dinamika kelompok?
Menurut definisi, (Johnson
and Johnson, 1991) dinamika kelompok adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah
laku kelompok untuk kemajuan pengetahuan tentang sifat kelompok, perkembangan
kelompok, interaksi diantara kelompok dan individu, antara kelompok dengan
kelompok lain (dalam Siti Andarwati, Budi Guntoro. F, Trisakti Haryadi dan Endang
Sulastari, 2012).
INTERAKSI ANTAR ANGGOTA KELOMPOK
Proses
Kelompok
Organisasi industri terdiri dari sejumlah kelompok kerja
yang saling berkaitan dalam suatu tata tingkat tertentu. Setiap kelompok kerja
terdiri dari sejumlah tenaga kerja yang saling mempengaruhi dan saling
tergantung. Dalam psikologi industri kita jumpai pula kelompok kerja dengan
derajat intensitas interaksi antar anggota kelompok yang berbeda-beda
(dalam Munandar, 2011). Fiedler (1967) memberikan tipologi dari kelompok-kelompok
kerja yang didasarkan pada sifat dan intensitas interaksi, yaitu:
a.
Kelompok INTERAKSI
Para anggota saling tergantung dan aksi atau
tindakan mereka perlu dikerjakan dan disusun bersama untuk dapat menyelesaikan
tugas kelompok dengan baik.
b.
Kelompok KOAKTIF
Anggota kelompok ini bekerja sama dalam
melaksanakan tugas kelompok, tapi masing-masing dapat melaksanakan pekerjaannya
relative mandiri tidak saling tergantung.
c.
Kelompok KONTERAKTIF
Para anggota kelompok bekerja sama untuk
tujuan perundingan dan memufakatkan sasaran dan tuntutan yang bertentangan. Unjuk
kerjanya (performance) diukur
berdasarkan derajat penerimaaan dari jawaban atau penyelesaian oleh para
anggota kelompok.
Proses
Manajemen (Leavitt, 1998)
Tahap 1: Pathfinding
Pathfinding
atau pemanduan bersibuk diri dengan penemu kenalan dari tujuan, dengan
pencipta masalah-masalah yang menarik.
Tahap 2: Pemecahan masalah
Jika dibandingkan dengan proses
pemecahan masalah yang diajarkan di sekolah akan dapat terlihat beberapa
perbedaan dengan di dalam pekerjaan (Leavitt, 1998), yaitu dalam pekerjaan
masalah harus ditemukan dan dipecahkan sendiri, informasi terbatas untuk
pemecahan masalah, dan jawaban sering tidak memberikan kepuasan.
Tahap 3: Tahap Implementasi
Tahap ini cukup mencakup kegiatan
membentuk, menyusun, menjual, dan membuat sesuatu terjadi.
Ketiga tahap ini berkaitan dengan tiga fungsi kelompok (dalam Munandar,
2011), gejala-gelaja tersebut adalah:
a.
KONFORMISME
Anggota yang tanpa sadar mengikuti
pola-pola tertentu yang berlaku umum dikeseluruhan organisasi kerjanya dan pola
perilaku yang lebih khas berlaku dalam kelompok kerjanya, yang tumbuh karena
interaksi selama jangka waktu yang panjang.
b.
KELEKATAN (COHESIVENESS)
Tinggi rendahnya kesepakatan para anggota
terhadap sasaran kelompok, serta derajat dapatnya saling menerima anggota
lainnya menunjukan derajat kelekatan (cohesiveness)
kelompok.
c.
SINERGI
Sinergi adalah proses pengambilan keputusan
dalam kelompok timbul gejala bahwa keputusan yang diambil kelompok merupakan
keputusan yang lebih baik dari keputusan yang diambil oleh setiap anggota
kelompok tersendiri. Banyak kelompok menunjukan kelompok mencapai prestasi
lebih baik dari anggota yang punya prestasi paling baik (Fincham & Rhodes,
1988)
d.
GRUPTHINK
Satu gejala yang merupakan kelemahan dari
kelompok yang terlalu lekat ialah bahwa kecakapan pengambilan keputusan mereka
dapat secara mendadak berkurang (Janis, 1972). Janis & Mann (1977),
menjabarkan gejala berpikir kelompok sebagai berikut:
1.
Kelompok memiliki ilusi mereka yang kebal
2.
Kelompok menentang dan terlibat dalam
rasionalisasi kolektif untuk memotong informasi yang berbeda
3.
Kelompok percaya dengan moralitas inheren (yang
ingin dilakukan)
4.
Kelompok mengembangkan stereotip kelompok lain dan
para penentang untuk melindungi dari analisa cermat
5.
Kelompok menekan penentang agar mereka diam
6.
Anggota mulai menyensor pemikiran sendiri
tentang keraguan mereka mengenai kearifan tindakan yang diusulkan
7.
Kelompok percaya bahwa kesepakatannya tidak ada
penentang dan meyakini “diam berarti menyetujui”
8.
Beberapa anggota berfungsi sebagai “ penjaga
pikiran “ (mindguards), melindungi pemimpin dari pendapat menyimpang /
menjerakan penentang mengungkapkan ketidaksetujuan
e.
POLARISASI GRUP (GROUP POLARIZATION)
Gejala lainnya adalah penggeseran keputusan
yang menuju ke kedua ekstrem, keputusan yang sangat tinggi resikonya atau ke
keputusan yang sangat rendah derajat resikonya.
Interaksi
Antar Kelompok
Sistem terdiri dari berbagai
subsistem dan berinteraksi secara sambung-menyambung dengan system lain dalam
suatu supersistem. Subsistem berinteraksi secara sambung-menyambung dengan
subsistem lainnya dalam satu sistem. Robbins (1998) mengatakan bahwa Konflik
adalah satu proses yang dimulai jika satu pihak beranggapan bahwa pihak lain
telah secara negatif mempengaruhi atau akan mempengaruhi secara negatif,
sesuatu yang akan dilakukan atau menjadi perhatian pihak pertama (dalam Munandar,
2011).
Dampak yang terjadi jika terdapat 2 kelompok yang bersaing adalah:
a.
Yang terjadi didalam setiap kelompok yang
bersaing, yaitu lebih menutup diri, membangkitkan loyalitas, anggota makin
akrab / melupakan pertentangan antar
mereka
b.
Yang terjadi antara kelompok bersaing, yaitu
adanya gangguan persepsi sehingga melihat kelompok sendiri lebih baik dari
kelompok yang lain
c.
Yang terjadi dengan yang menang, yaitu pemenang
akan merasa puas dan mempersepsikan baik akan kelompoknya sendiri
d.
Yang terjadi dengan yang kalah, yaitu menolak
kekalahan dan meyalahkan yang mengambil keputusan
Dimensi
Dari Intensi Menyelesaikan Konflik
·
Intensi menyelesaikan konflik menurut Robbins (1998):
1.
Competing
(Bersaing)
2.
Collaborating
(Bekerja sama)
3.
Compromising
(Berkompromi)
4.
Avoiding
(Menghindar)
5.
Accomodating
(Menyesuaikan)
·
Teknik penyelesaian konflik win-win (Robbins,
1998):
1.
Problem solving sengketa pekerjaan dengan manajemen
2.
Teknik pengadaan sumber yang lebih banyak mengalokasi kan
anggaran yang tidak penting karena sumber yang terbatas
3.
Teknik pelunakan dengan mengurangi perbedaan untuk kepentingan bersama
4.
Teknik pemerintah otoritatif manajemen
mengomunikasikan keinginan kepada pihak yang bersengketa
5.
Teknik mengubah variable manusia mengubah
perilaku-perilaku yang menimbulkan konflik
Membangun
Tim yang Efektif
Aturan-aturan yang ada dalam membangun tim yang efektif
1.
- Anggota yang baik mengerti bahwa partisipasi itu
penting dan bermanfaat bagi pribadi
2.
- Anggota bertanggung jawab dengan
keputusan-keputusannya
3.
- Anggota harus memiliki pengetahuan dan informasi
yang relevan untuk semua keputusan
4.
- Anggota sebaiknya memiliki kekuasaan untuk
bertanggung jawab atas departemennya masing-masing
5.
- Keputusan kelompok sebaiknya diintegrasikan
dengan keputusan kelompok-kelompok kecil
6.
- Anggota dalam pengambilan keputusan sebaiknya
didasarkan atas keahlian
7.
- Semua pertentangan diselesaikan dengan pemecahan
masalah yang baik
8. - Anggota sebaiknya memiliki hubungan pribadi yang
baik satu sama lain
Referensi:
Munandar, Sunyoto. 2001. Psikologi
Industri dan Organisasi. Jakarta : UI Press
Andarwati, S., Guntoro, B. F., Haryadi, T., & Sulastari, E. (2012). Dinamika kelompok Peternak Sapi Potong Binaan Universitas Gajah Mada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan, 10(1). 39-46.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar