Kamis, 15 Juni 2017

“Peneliti : Kasus Bunuh Diri Tinggi Karena Kelelahan dan Stres Kerja”




Kasus
TRIBUN-BALI.COM - Menurut sebuah studi, bunuh diri telah menelan 1 juta korban setiap tahun. Angka tersebut terus menanjak dari waktu ke waktu. Para peneliti di Bureo of Labor Statistic’s Census of Fatal Occupational Injury melaporkan sebanyak 1700 peristiwa bunuh diri terjadi di tempat kerja atau kantor. Laporan ini berasal dari data tahun 2003 hingga 2010. Selain itu, studi mengimbuhkan bahwa potensi karyawan pria bunuh diri 15 kali lebih tinggi ketimbang karyawan wanita. Menurut investigasi lebih rinci, para korban bunuh diri mengalami kelelahan dan stres kerja yang berkepanjangan. Kondisi ini tentunya sangat mengkhawatirkan. Rasanya, sudah saatnya perusahaan besar atau kecil yang ada di dunia memperbaiki manajemen waktu dan jumlah pekerjaan yang diberikan pada karyawan. Sebab, tanggung jawab berlebih pada karyawan bisa mengakibatkan mereka merasa tertekan hingga berujung pada depresi.
Salah satu ketua peneliti bernama Hope Tiesman, Ph.D, Epidomologist, National Institue for Occupational Safety and Health, menyarankan agar perusahaan terutama divisi SDM mulai menyadari bahwa kesehatan dan keseimbangan mental karyawan bukanlah persoalan pribadi, melainkan gangguan yang harus disikapi layaknya kesehatan secara fisik. “Urusan kondisi mental karyawan tidak bisa dianggap enteng. Sebab, itu berkaitan dengan kinerja mereka sekaligus kesehatan secara menyeluruh. Jika perusahaan tak juga menyikapinya dengan serius, imbasnya pada korban bunuh diri di kantor yang terus meningkat,” ujar Tiesman. Tingkat stres dan tekanan berlanjut yang dirasakan karyawan, kata Tiesman, lebih kurang sama dengan kondisi mental pengangguran yang lelah tak kunjung mendapatkan pekerjaan.
Namun, jumlah dan peristiwa bunuh diri yang terjadi di kantor biasanya ditutup-tutupi sehingga tidak terdokumentasi secara resmi oleh pihak berwajib. “Batasan antara isu personal dan persoalan yang dihadapi karyawan di kantor, sekarang ini benar-benar tipis. Memang benar bahwa pemicu orang untuk bunuh diri sangat beragam. Namun, tidak ada salahnya pihak kantor menyediakan terapis atau orang berkeahlian khusus sebagai tempat konsultasi karyawan,” urainya. Studi menunjukkan bahwa perusahaan dan kantor yang bergelut di bidang hukum, pertanian, kesehatan, dan angkatan bersenjata, merupakan industri dengan jumlah korban karyawan bunuh diri paling tinggi. Tiesman menyarankan, selain pihak perusahaan, para psikolog dan dokter juga sudah harus menengok serta melakukan penelitian tentang atmosfir perusahaan, jenis industri, dan jabatan yang berpeluang membuat karyawan mengalami stres dan berpotensi menyebabkan karyawan bunuh diri. (kompas.com)


Teori
Terdapat 2 teori dalam mengulas kasus stress kerja ini, yaitu counseling (konseling) dan coaching (pelatihan).

Counseling
Menurut The American Psychological Association , Division of Counseling Psychology, Committee on Definition mengatakan bahwa konseling sebagai sebuah proses membantu individu untuk mengatasi masalah-masalahnya dalam perkembangan dan memantau mencapai perkembangan yang optimal dengan menggunakan sumber-sumber dirinya sendiri. Counseling  atau konseling adalah bantuan yang diberikan kepada konseling supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri untuk dimanfaatkan olehnya dalam rangka memperbaiki tingkah laku nya pada masa yang akan datang (dalam Saam, 2014).
 Aspek-aspek konseling (dalam Saam, 2014):
a.      Konseling sebagai suatu proses à proses yang dilakukan oleh klien dengan konselor dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh klien
b.      Konseling sebagai hubungan terapeutik à bertujuan untuk mencari “penyembuhan” masalah klien
c.       Konseling merupakan usaha bantuak à konseling merupakan usaha untuk membantu klien
d.      Konseling mengarahkan tercapainya tujuan klien à tujuannya adalah terselesaikan masalah yang dihadapi klien
e.      Konseling mengarahkan kemandirian klien à setelah mendapatkan solusi, klien diharapkan dapat menyelesaikan masalah selanjutnya.


Coaching
Menurut definisi Noe (2002), Pelatihan adalah suatu kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan atau institusi untuk memfasilitasi proses belajar karyawan untuk mencapai kompetensi dalam pekerjaannya. Kompetensi ini meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dianggap penting untuk mencapai kinerja yang tinggi. Tujuan pelatihan adalah agar karyawan dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dilatihkan dalam program pelatihan, sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan mereka sehari-hari (dalam Yuswono dkk., 2005).
(Amstrong, 1992) Keuntungan Dalam Pelatihan (dalam Yuswono dkk., 2005):
1.       Meminimalkan biaya proses belajar
2.       Meningkatkan kinerja kelompok, individual & perusahaan dalam keluaran, kualitas, kecepatan & produktivitas
3.      Meningkatkan fleksibilitas operasional keterampilan karyawan (multiskilling)
4.      Menghasilkan staf yang berkualitas tinggi dengan meningkatkan kompetensi dan keterampilan untuk mencapai kepuasan kerja dan berkembang bersama organisasi
5.      Mengidentifikasikan visi misi organisasi kepada staf untuk mendorong komitmen
6.      Mengembangkan budaya peningkatan kerja
7.      Memberikan pelayanan lebih baik kepada pelanggan


Analisa
Kasus stress kerja pada karyawan mencerminkan bahwa pihak perusahaan kurang memikirkan kondisi para pekerja. Hal tersebut terbukti dengan adanya ribuan pekerja yang membunuh dirinya sendiri akibat stress pada kerja. Stress yang dialami pekerja-pekerja tersebut dikarenakan perusahaan menuntu mereka untuk bekerja dengan istirahat yang sangat minim. Berdasarkan pada penelitian diatas, banyak peerja yang memiliki dampak psikologis sehingga sampai pada tahap membunuh diri nya karena stress kerja yang dialaminya.
Solusi untuk pekreja individu dalam stress kerja adalah dengan memfasilitasi karyawan dengan counseling (konseling) dari bagian HRD (Human Resource Development) di perusahaan. Mendengarkan keluhan-keluhan para pekerja, bantu untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada. Karena jika kondisi psikologis pekerja sehat, ia dapat mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada dalam dirinya juga mencapai perkembangan yang optimal. Bantuan yang diberikan dalam konseling dapat memperbaiki tingkah laku pekerja dan mengurangi adanya tingkah laku yang tidak diinginkan perusahaan, seperti kasus bunuh diri pada penelitian diatas.
Solusi untuk pekerja umum yang dapat dilakukan untuk mengurangi stress kerja adalah dengan mengadakan coaching (pelatihan) atau seminar mengenai stress relief (pelepas kerja). Hal ini juga dapat direncanakan oleh perusahaan untuk menambah informasi pekerja bagaimana caranya untuk mengorganisasikan stress diri dalam pekerjaan. Pelatihan tersebut bisa berupa pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dilatih dalam progam, sehingga pekerja dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari-hari dalam tempat kerja.


Kesimpulan
Perusahaan harus dapat mengetahui, memahami, dan mengerti kondisi setiap karyawannya. Sehingga tidak terdapat karyawan yang memiliki permasalahan terlalu berat dan membahayakan bagi dirinya sendiri juga perusahaan tempat ia bekerja.


Daftar Pustaka
Sadnyari, I. A. M. (2015). Peneliti : Kasus Bunuh Diri Tinggi Karena Kelelahan dan Stres Kerja.     Retrieved from http://bali.tribunnews.com/2015/04/01/peneliti-kasus-bunuh-diri-tinggikarena-kelelahan-dan-stres-kerja

Saam, Zulfan. 2014. Psikologi Konseling. Jakarta: Rajawali Pers.

Yuswono, Ina dkk. 2005. Psikologi Industri dan Organisasi. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar